ONTOLOGI
ONTOLOGI DALAM FILSAFAT ILMU (Sakriah Akka)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupan
induk semua ilmu pengetahuan, sedangkan ontology merupakan bagian dari filsafat
ilmu yang berasal dari kata Yunani yang tersusun dari kata philein dalam arti
cinta dan sopbos dalam arti hikmat (wisdom).Dalam makalah ini akan dikemukakan
beberapa hal tentang ontology oleh karena itu ontology merupakan bagian dari
metafisika yang mempersoalkan hal-hal yang berkenaan dengan segalah sesuatu
yang ada atau the existence khususnya esistensinya.
Menurut
Aristoteles, katanya, ontology merupakan The Firs philosophy dan merupakan ilmu
mengenai esensi benda. Karena ontology mempersoalkan hanya tentang benda, tidak
Tuhan yang mempersoalkan tentang Tuhan adalah teologi demikian menurut salah
satu pendapat.
Jawaban tentang
persoalan ontology meneurut Hasbullah Bakry ada empat sehingga menimbulkan
empat aliran di dalamnya yaitu aliran Dualisme kalau berpendapat bahwa subtansi
realitas itu ada dua. Aliran Monoisme berpendapat bahwa subtansi dasar realitas
itu hanya satu, dan yang satu itu meteri, aliran yang berpendapat demikian
bernama materialisme, kalau satu justru idea maka aliran yang berpendapat
demiakan adalah aliran idialisme (kenyataan yang bersifat rohani) .Kalau yang
satu alam maka yang mengatakannya bernama Naturalisme. Aliran ini akan di bahas
pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang pemikiran
diatas maka timbul pokok bahasan “Apa itu ontology” dan sub masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan
ontologi?
2. Bagaimana Obyek formal ontologi
dan Metode dalam ontologi?
3. Bagaimana ontology ditinjau
dari segi ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana Argumen ontology
ditinjau dari presfektif agama?
BAB
II
PEMBAHASAN ONTOLOGI
A. Pengertian Ontologi
Menurut bahasa
ontologi ialah merupakan dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan Logos =
ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada.adapun dalam Kamus Filsafat
Ontologi merupakan suatu studi tentang sisi esensial dari Yang Ada dalam
dirinya sendiri berbeda dari studi-studi tentang hal-hal yang ada secara
khusus.
Dalam mempelajari
yang ada dalam bentuknya yang sangat abstrak studi trsebut melontarkan
pertanyaan seperti: ”Apa itu ada dalam dirinya sendiri?” ”Apa hakekat ada
sebagai ada?” dan cabang filsafat tata cara struktur realitas dalam arti seluas
mungkin, yang menggunkan kategori-kategori seperti: ada/menjadi,
aktualitas/potensialitas, nyata/tampak, perubahan, waktu,
eksistensi/noneksistensi, esensi, keniscayaan, yang-ada sebagai yang-ada,
hal-hal terakhir, dasar.
Sedangkan dalam
kamus istilah karya tulis ilmia ontologi berasal dari bahasa Yunani, ontos,
yang sedang berada, logos.Kata yang benar dalam bahasa inggris disebut ontology
1).suatu asumsi tentang eksistensi (kehadiran, keberadaan) yang mendasari
setiap pola konseptual atau setiap tiori atau sistem idea 2). suatu cabang
penelitian metefisika yang berhubungan dengan kajian eksistensi itu sendiri
ontologi mengkaji segala sesuatu yang ada sepanjang sesuatu itu ada dan
ontologi menjadi dasar metafisika.
Ontologi merupakan
salah satu kajian kefilsafatan yang a kuno dan berasal dari Yunani.Studi
tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.Tokoh Yunani yang
memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan
Aristoteles.Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan
dengan kenyataan.Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada
kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula
segala sesuatu.Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali
segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu
tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).
Menurut Ibnu
Khaldun ontologi merupakan tiori tentang yang wujud (suatu yang wujud) dan
kadang-kadang juga ontologi disamakan dengan metefisika.metafisika juga disebut
sebagai prote-filisofia atau filsafat yang pertama.
Secara istilah
ontologi adalah ilmu yang memperlajari tenatng hakikat yang ada (ultimate reality)
baik jasmani/konkret maupun rohani/abstrak.Didalam pemahaman ontologi ditemukan
pandangan-pandangan seperti monoisme yang menyatakan bahwa hakikat yang asal
itu hanya satu.Cabang dari monoisme ini adalah materialisme yang berpandangan
bahwa hakikat yang asal adalah satu yaitu dari materi, sementara cabang lainnya
yaitu idealisme yang berpandangan bahwa segala yang asal itu berasal dari ruh
(yang bersifat ruhani).Pandangan lainnya adalah dualisme yang menyatakan bahwa
segala sesuatu berasal dari dua unsur yaitu materi dan ruh, jasmani dan rohani.
Pandangan lainnya
adalah pluralisme yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak
unsur, lebih dari satu atau dua entitas yaitu unsur tanah, air, api dan udara.
Ada juga faham nihilisme yang nampaknya frustrasi menghadapi
relaistas.Realistas harus dinyatakan tunggal dan banyak, terbatas dan
takterbatas, dicipta dan takdicipta, semuanya serna kontradiksi, sehingga lebih
baik tidak menyatakan apa-apa tentang realistas.Pandangan terakhir yang dikemukan
oleh penulis adalah agnosticisme yang merupakan pemahaman yang menolak realitas
mutlak yang bersifat trancendental.
Secara sederhana
ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan
konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni Naturalisme
(kenyataan yang bersifat kealaman), Meterialisme (kenyataan yang bersifat benda
mati), Idialisme (Kenyataan yan bersifat rohani), Hylomorfisme (yang sungguh
ada keculai berupa Tuhan dan Malaikat berupa bahan bentuk) Empirisisme logis
(segenap pernyataan mengenai “kenyataan” yang tidak mengandung makna) .itulah
istilah-istilah penting yang terkait dengan ontologi.
Ontologi tentang
yang ada (being), yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.Ontologi
membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal.Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya.
B. Objek Formal Ontologi dan
Metode dalam Ontologi
Objek formal
ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas
tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas
akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau
hylomorphisme. Sedangkan menurut Al-Farabi dan Ibnu Zina objek pemikiran
menjadi objek sesuatu yang mungkin ada karena yang lain, dan ada karena dirinya
sendiri.
Referensi tentang
kesemuanya itu cukup banyak.Hanya dua yang terakhir perlu kiranya lebih di
jelaskan. Yang natural ontologi akan diuraikan di belakang hylomorphisme di
ketengahkan pertama oleh aristoteles dalam bukunya De Anima. Dalam
tafsiran-tafsiran para ahli selanjutnya di fahami sebagai upaya mencari alternatif
bukan dualisme, tetapi menampilkan aspek materialisme dari mental.
Adapun metode dalam
ontology menurut Lorens Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam
ontologi, yaitu :abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek; sedangkan
abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu
yang sejenis.Abstraksi metaphisik mengetangahkan prinsip umum yang menjadi
dasar dari semua realitas.Abstraksi yang dijangkau oleh ontologi adalah
abstraksi metaphisik.
Sedangkan metode
pembuktian dalam ontologi oleh Laurens Bagus di bedakan menjadi dua, yaitu :
pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori.
Pembuktian
a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari
predikat; dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran
kesimpulan.
Sedangkan
pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas
kesimpulan; dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam
kesimpulan hanya saja cara pembuktian a posterioris disusun dengan tata
silogistik sebagai berikut:
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.
Bandingkan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori. Yang apriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan; sedangkan yang a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek, term tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.
C. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari
Ontologi
Ontologi merupakan
salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno.Dimana
awal mula alam pikiran orang Yunani telah menunjukkan perenungan dibidang
ontology seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan terhadap air yang
merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
Asalnya air dapat
di amati dari beberapa bentuknya. Air dapat menjadi benda halus berbentuk uap,
ia juga dapat menjadi cair bahkan dapat menjadi benda keras berupa es, Secara
totalitas air dapat dijadikan sumber kehidupan seluruh makhluk hidup, hewan,
tumbuh-tumbuhan maupun manusia. Para filosof selalu mencari apa yang pertama
yang ada dibelakang yang ada dan bersifat hakikih atau dasar yang dibelakang
segala yang ada.
Berpijak dari
alasan Thales, ontology merupakan cabang filsafat yang mendeskripsikan hakekat
wujud.Di mana ilmu pengetahuan dari segi ontology selalu mengkaji yang telah
diketahui atau yang ingin diketahui. Dari fenomena yang terjadi disekitarnya
manusia melakukan berbagai aktifitas untuk mengetahui apa sebenarnya di balik
apa yang diraba oleh pancaindranya, sebab ilmu hanya mengkaji ada bagian yang
bersifat empiris yang dapat diuji oleh pancaindra manusia.
Ontologi merupakan
kawasan ilmu yang tidak bersifat otonom, ontology merupan sarana ilmiah yang menemukan
jalan untuk menagani masalah secara ilmiah.Oleh karena itu ontologis dari ilmu
pengetahuan adalah tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan itu adalah
hal-hal atau benda-benda yang empiris.
Adapun dalam
pemahaman ontology dapat dikemukakan dengan Pandangan Pokok Pikiran sebagai
berikut:
1) Menoisme, Paham ini menganggap
bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu adalah satu saja, tidak
mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang
asal berupa meteri atupun berupa rohani. Tidak mungkin ada hakikat
masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan
sumber yang pokok dan dominan menentukan perkmbangan yang lainnya. Istilah
monoisme oleh Thomas Davidson disebut dengan Block Universe. Paham ini kemudian
terbagi kedalam dua aliran.
2) Meterialisme, aliran ini
menggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani, aliran ini
sering juga disebut dengan naturalisme. Menurutnya zat mati merupakan kenyataan
dan satu-satunya fakta.
3) Idealisme, Sebagai lawan
materialisme adalah aliran idialisme yang dinamakan dengan spritualisme.
Idialisme berarti serba cita, sedang spritulisme berarti ruh.
4) Dualisme, setelah kita memahami
bahwa hakikat itu satu (monisme) baik materi ataupun ruhani, ada juga pandangan
yang mengatakan bahwa hakikat itu ada dua. Aliran ini disebut dualisme. Aliran
ini berpendapat bahwa terdiri dari dua macam hakikat sebgai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Pendapat ini mula-mula dipakai oleh
Thomas Hyde (1770).
5) Pluralisme, paham ini
berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Pluralisme
bertolak dari keseluruhan dan mengakui semua macam bentuk itu adalah semua
nyata. pluralisme dalm Dictionory of Philosophy and Religion dikatakan sebagai
paham yang mnyatakan bahwa keyataan ala mini tersusun dari banyak unsure, lebih
dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxa
goros dan Empedocles yang menyatakan bahwa subtansi yang ada itu berbentuk dan
terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
6) Nihilisme, bersal dari bahasa
Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Sebuah doktrin yang tidak mengakui
viliditas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan
Tuegeniev dalam novelnya Fathers and Childern yang ditulisnya pada tahun 1862
di Rusia. Dalam novelnya itu Bazarov sebagai tokoh sentral mngatakan lemahnya
kutukan ketika ia menerima ide nihilisme.. Tokoh aliran ini adalah Friedrich
Nietzsche (1844. 1900 M) dilahirkan di Rocken di Prusia, dari kelurga pendeta
dalam pandangannya bahwa “ Allah sudah mati” Allah kristiani dengan segalah
petrintah dan larangannya sudah tidak mrupakan rintangan lagi.
7) Agnosticisme, paham ini
mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. baik hakikat
materi maupun hakikat ruhani. Kata Agnosticisme berasal dari bahsa Grik
Agnostos yang berarti unknown. artinya not artinya know. Timbulnya aliran ini
karena belum dapatnya orang menegnal dan mampu menerangkan secara konkret akan
adanya kenyataan yang berdidri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini
menyagkal adanya kenyataan mutlak yang bersifat transcendent. Aliran ini dapat
kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokoh-tokohnya seperti, Soren
Kierkegaan, Hiedegger, Setre dan Jaspers. yang dikenal sebagai julukan bapak
filsafat.
D. Argumen Ontology Ditinjau dari
Presfektif Agama
Filsafat agama
mengajukan beberapa argument atau dalil tentang adanya Tuhan.Salah satu di
antara argument-argumen tradisonal yang diberikan filsafat agama ialah argument
ontologism tiori tentang wujud dan hakekat yang ada.
Argumen ontology
dimajukan pertama kali oleh Plato (428-348 SM) dengan tiori ideanya.Yang
dimaksud dengan idea adalah definisi dan konsep universal dari setiap
sesuatu.Kuda mempunyai idea atau konsep universal.Idea atau konsep universal
yang berlaku untuk tiap-tipa kuda yang nyata dalam alam nyata, baik kuda itu
kecil atau besar, jantan atau betina, warna hitam, putih atau berbelang, baik
pincang atau tidak, baik hidup ataupun sudah mati.Idea kuda itu adalah paham, gambaran
atau konsep universal yang berlaku untuk seluruh kuda, baik kuda itu berada di
Ameika, Eropa, atau Afrika, Asia maupun Australia.
Manusia juga
mempunyai idea.Idea manusia adalah badan hidup yang kita kenal dan yang bisa
berfikit ini. Dengan kata lain idea manusia ialah hayawan natiq (حيوانناطق) atau binatang yang berfikir. Konsep
Hayawan natiq ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar
kecil, tua-muda, lelaki-perempuan, manusia eropa, Afrika, Asia, India, China
dan sebagainya.
Demikian setiap
sesuatu di alam mempunyai idea, dan idea inilah yang merupakan hakekat sesuatu
itu.idie inilah yang menjadi dasar wujud sesuatu. Idea berada dalam alam
tersendiri yaitu alam idea.Alam idea berada diluar alam nyata ini, dan
senantiasa beruba ini, bukanlah hakekat tapi hanyalah banyangan, kopi atau
gambaran dari idea-ideanya yang ada dalam alam idea.
Dengan kata lain
benda-benda yang dapat ditangkap dengan pancaindar dan berubah ini bukanlah
benda-benda yang asli, bukanlah akekat tapi hanya banyangan. yang hakekat dan
asli adalah idea-idea yang kekal lagi tetap dan terdapat di alam idea, yang
sebenarnya mempunyai wujud ialah idea-idea itu bekanlah benda yang dapat
ditangkap dengan pancaindra ini. Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi
belaka, benda-benda berwujud karena idea-idea.Idea-idea adalah tujuan dan sebab
dari wujud benda.
Idea-idea bukan
bercerai berai dengan taka ada hbungan satu sama lain, tetapis emuanya bersatu
dalam idea tertinggi yang dibri anama idea kebaikan, atau The Absolute Good
yaitu yang mutlak baik. Yang mutlak baik adalah sumber, ujaun dan sebeb segalah
sesuatu yang ada.Yang mutlak baik yaitu disebut Tuhan.
Dengan teori idea
Plato mencoba membuktikan bahwa alam berseumber pada sesuatu kekuatan gaib yang
bernama The Absolute, atau yang Mutlak Baik. Menurut St. Agustine (354-430 M).
manusia mengetahui dari pengalamannya dalam hidup bahwa dalam itu ada
kebenaran. dalam pada itu akal manusia terkadang merasa bahwa dia mengetahui
tapi terkadang mereka ragu-ragu bahwa pa yang diketahuinya itu adalah
kebenaran.
Dengan kata lain
akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada sesuatu kebenaran yang
tetap, kebenaran yang tak berubah-ubah. Kebenaran yang tetap itulah yang
menjadi sumber dan cahaya bagi akal dan usaha mengetahui yang benar.Kebenaran
tetap dan kekal itu merupakan Kebenaran Mutlak dan Kebenaran Mutlak itu disebut
Tuhan.
Argumen lain
Immanuel Kant (1729-1804) seorang filosof Jerman menurutnya ditambahkan wujud
tentang konsep sesuatu tidak membawa hal baru tentang konsep itu, dengan kata
lain konsep tentang kursi yang mempunyai wujud tidak ada perbedaanya. Konset
tentang Zat Maha Besar dengan demikain tidak mengharuskan adanya Zat Maha Besar
itu.Konsep sesuatu yang terbesar sebagai konsep sudah sempurna sungguhpun
konsep itu tak mempunyai wujud pada hakekatnya.Oleh karena itu argumen
ontologis ini tidaklah dapat menyakinkan eties atau agnostic untuk percaya pada
adanya Tuhan.Argumen ini belum dapat mendorong mereka untuk mengakui bahwa
Tuhan mesti ada.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
di tarik kesimpulan :
1. Ontologis; cabang ini menguak
tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek
tersebut ?bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?.
2. Objek formal ontologi adalah
hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam
kuantitas atau jumlah, tealaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil
menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme.
3. Metode dalam Ontologi Lorens
Bagus memperkenalkan tiga tingkatan abstraksi dalam ontologi, yaitu :abstraksi
fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metaphisik.
4. Ilmu Pengetahuan Ditinjau dari
Ontologi merupakn salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang
paling kuno. dimana awal mula alam pikran orang Yunani telah menunjukkan
perenungan dibidang ontology seperti yang kita kenal “Thales” atas perenungan
terhadap air yang merupakan subtansi terhadap asal mula dari segala sesuatu.
5. Yang sebenarnya mempunyai wujud
ialah idea-idea itu bekanlah benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra ini.
Benda-benda nyata adalah khayal atau illusi belaka, benda-benda berwujud karena
idea-idea. Idea-idea adalah tujuan dan sebab dari wujud benda.
Demikian pembahasan ini semoga
dapat memberikan gambaran secara global tantang “Ontologi dalam Filsafat Ilmu”.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus
Loren, Kamus Filsafat (Cet. III; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Bakhtiar
Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2006
Issawi
Charles, Filsafat Islam tentang Sejarah Cet. II; Jakarta: Tintamas, 1976
Jujun
S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1996.
Kamaruddin,
Kamus Istilah Karya Ilmiah Cet. II; Jakarta: Bani Aksara, 2002
Kattsoff
Louis O, Pengantar Filsafat Cet. IX; Yogyakarta: Tiara wacana Yogya, 2004.
Madkour
Ibrahim, Fi-Alsafah al-Islamiyah diterjemahkan oleh Drs. Yudian
Wahyudi
Asmin dengan judul Aliran dan Tiori Filsafat Islam Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Muhadjir
Noeng, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta, 2001.
Nihayah
M. Filsafat Ilmu dari Yunani Kuno sampai Modrn Makassar: Berkah Utami, 2002
Nur
Ibrãhim Muhammad, Ilmu Mantiq Cet. V; Surabaya: Maktabah Sa’ad Ibnu Nãsyir
Nabhãn, t.th
Sri
Suprapto, ”Landasan Penelaah Ilmia” dalam Tim Penyusun Fakultas Filsafat UGM,
filsafat Ilmu Sebagai dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan Cet. I; Yogyakarta,:
Intan Priwara, 1997.
Syam,
Mohammad Noor, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila Cet.
IV; Surabaya: Usaha Nasional, 1988.
Surajiyo,
Ilmu Filsafat Suatu Pengantar Cet. I; Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2005.
Komentar
Posting Komentar